Pertemuan Wali Santriwati Eco MBS Malang: Melepas Rindu, Menumbuhkan Haru dan Kebanggaan
Pertemuan Wali Santriwati Eco MBS Malang: Melepas Rindu, Menumbuhkan Haru dan Kebanggaan
Acara ini menjadi ruang temu yang hangat, tidak hanya untuk melepas rasa kangen, tetapi juga sebagai kesempatan bagi santriwati untuk menyampaikan kesan, pesan, serta pengalaman berharga selama berproses di pondok. Rangkaian acara dikemas dengan indah, penuh makna, sekaligus menghadirkan nuansa haru, gembira, dan membanggakan.
,
Dalam kesempatan itu, para santriwati satu per satu memperkenalkan anggota keluarganya di hadapan para hadirin menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Wali santriwati tampak terharu sekaligus bangga menyaksikan putri mereka tampil percaya diri berbicara dalam bahasa asing, hanya dalam waktu singkat setelah memulai kehidupan di pondok.
Selain itu, ditampilkan pula praktik tahsin Al-Qur’an serta hafalan terjemah dengan metode Gibrail, sebuah metode interaktif yang memudahkan santriwati memahami dan mengingat ayat-ayat Al-Qur’an beserta artinya. Para wali tampak terkesima dengan capaian tersebut, menyadari bahwa proses belajar di pesantren ini mampu menyeimbangkan antara kemampuan tahfidz, bahasa, dan pembinaan karakter.
Suasana haru semakin terasa ketika salah satu santriwati membacakan sebuah puisi khusus untuk ibundanya. Dengan suara bergetar penuh rasa rindu, ia menyampaikan bait demi bait yang menggambarkan pengorbanan seorang ibu, membuat banyak hadirin meneteskan air mata.
Kehadiran Tokoh Pendidikan Memberi Apresiasi
Acara ini juga istimewa karena turut dihadiri oleh dua pakar pendidikan. Prof. Dr. Abdul Haris, pakar Pendidikan Bahasa Arab, memberikan apresiasi tinggi atas kemajuan para santriwati.
“Progres ananda sangat cepat, didukung lingkungan pondok yang terkondisikan dengan baik. Bahkan ibu juru masak pun mampu berbahasa Inggris dengan cukup baik, sehingga santriwati bisa praktik bahasa asing dalam keseharian. Inilah budaya berbahasa yang hidup di pondok. Kami berharap orang tua senantiasa mendukung dan menguatkan ananda dalam perjalanan belajarnya,” ujar beliau dengan bangga.
Sementara itu, Dr. Zainul Mujahid, pakar Pendidikan Bahasa Asing/Inggris, menyampaikan bahwa metode pembiasaan yang diterapkan di pesantren ini merupakan kunci keberhasilan.
“Pola pendampingan dan bimbingan di pesantren putri ini luar biasa. Dengan pembiasaan yang tepat, santriwati lebih mudah memahami dan menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di kelas, tetapi juga di lingkungan pondok,” ungkapnya.
Ikatan Keluarga dan Pesantren Kian Erat
Pertemuan wali dan santriwati ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang temu kangen, tetapi juga sebagai penguat ikatan emosional antara orang tua, anak, dan pesantren. Orang tua menyaksikan langsung proses pendidikan yang dijalani putri mereka, sementara santriwati merasa lebih bersemangat karena dukungan orang tua yang hadir secara fisik maupun batin.
Bagi sebagian wali, ini adalah pengalaman pertama menyaksikan buah hatinya hidup di lingkungan pesantren. Ada rasa bangga yang sulit diungkapkan, melihat anak-anak mereka mampu berdiri di hadapan banyak orang, menyampaikan kata-kata dalam bahasa asing, serta menunjukkan kesungguhan dalam menghafal Al-Qur’an.
Eco MBS Malang Teguhkan Komitmen
Melalui acara ini, Eco MBS Malang meneguhkan kembali komitmennya sebagai pesantren putri berbasis tahfidz dan ekologi, dengan kekhasan pembelajaran bahasa asing yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya santriwati yang diajak berbahasa, tetapi seluruh ekosistem pondok, mulai dari para asatidz, staf, hingga juru masak, ikut membangun budaya berbahasa yang positif.
Di balik suasana haru yang mengalir, tampak pula kebahagiaan dan rasa syukur yang mendalam. Para wali pulang dengan hati yang tenang, membawa keyakinan bahwa mereka telah mempercayakan putrinya di tempat yang tepat. Sementara para santriwati melanjutkan hari-harinya di pondok dengan semangat baru, siap menimba ilmu, menghafal Al-Qur’an, sekaligus mengasah kemampuan bahasa untuk masa depan gemilang.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di pesantren bukan hanya soal hafalan dan teori, tetapi juga proses pembentukan karakter, budaya, serta ikatan yang mendalam antara anak, orang tua, dan lembaga pendidikan.
0 comments:
Posting Komentar